Sejak muda sudah keranjingan komputer. Ketika di Harvard sempat jadi
pemberontak dengan membuka website data mahasiswa, ia pun diperkarakan.
Lalu Facebook yang dibuatnya menggoncangkan dunia dan membawanya menjadi
anak muda terkaya di dunia.
Namanya Mark Elliot Zuckerberg,
dilahirkan di Dobb Ferry, West chester County, New York, 14 Mei 1984.
Sekolah menengah di Ardsley High School, Ardsley, New York (1998-2000)
dan Phillips Exeter Academy, Exeter, New Hamshire (2000-2002).
Pendidikan universitas di bidang psikologi, Harvard University
(drop-out). Perusahaan yang dimiliki, Facebook Inc. Kekayaan US$ 1,5
miliar (sekitar Rp 13,5 triliun), ranking ke-785 orang terkaya dunia
versi Majalah Forbes 2008.
Adakah yang tidak mengejutkan
dari data tersebut? Zuckerberg baru akan genap berusia 24 tahun pada Mei
ini. Ia tak menyelesaikan kuliah di Harvard University tetapi berhasil
membangun Facebook yang membuatnya mengumpulkan kekayaan sampai Rp 13,5
triliun. Siapapun akan menyebutnya luar biasa. “Dia adalah billionaire
termuda di dunia saat ini, dan kami yakin ia adalah billionaire ter muda
sepanjang sejarah yang mengumpulkan sendiri kekayaannya,” ujar Matthew
Miller, associate editor Majalah Forbes.
Sebelum ini
Forbes pernah memasukkan anak belia di deretan orang terkaya dunia namun
mereka mendapatkannya dari warisan orangtuanya yang meninggal.
Sedangkan Zuckerberg mendapatkannya dari hasil kerjanya. Lalu majalah
ini menobatkan Zuckerberg sebagai “The Youngest `Self-made’ Billionaire
on the Planet” tahun ini.
Awalnya Direktori Mahasiswa
Zuckerberg lahir di kawasan bernama Dobbs Ferry, Westchester County,
kota New York. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara dari orang tua
pasangan dokter gigi – psikiater. Sejak kecil Zuckerberg suka mengu
tak-atik komputer, mencoba berbagai program komputer dan belajar
membuatnya. Ayahnya sendiri membelikannya komputer sejak ia beru sia
delapan tahun. Saat di sekolah menengah Phillips Exeter Academy, ia dan
rekannya, D’Angelo, membuat plug-in untuk MP3 player Winamp. Plug-in
adalah program komputer yang bisa berinteraksi dengan aplikasi host
seperti web browser atau email untuk keperluan tertentu.
Zuckerberg
dan D’Angelo membuat plug-in untuk menghimpun kesukaan orang terhadap
aneka jenis lagu dan kemudian membuat play list-nya sesuai selera
mereka. Mereka mengirimkan program itu ke berbagai perusahaan termasuk
ke AOL (American Online) dan Microsoft. Pada tahun terakhimya di
Phillips ia direkrut oleh Microsoft dan AOL untuk suatu proyek.
Saat
melanjutkan sekolah ke perguruan ting gi keduanya harus berpisah.
D’Angelo masuk Caltech sedangkan Zuckerberg masuk Harvard. Di Harvard
inilah Zuckerberg menemukan ide membuat buku direktori mahasiswa online
karena universitasnya tak membagikan face book (buku mahasiswa yang
memuat foto dan identitas mahasiswa di universitas itu) pada mahasiswa
baru sebagai ajang pertemanan di antara mereka. Namun setiap kali ia
menawarkan diri membuat direktori itu, Harvard menolaknya. “Mereka
mengatakan punya alasan untuk tidak mengumpulkan informasi (mahasiswa)
ini,” ujar Zuckerberg kemudian.
Meski ditolak ia selalu
mencari cara untuk mewujudkannya. “Saya ingin menunjukkan kalau hal itu
bisa dilakukan,” lanjutnya soal kengototannya membuat direktori itu.
Proyek
pertamanya adalah CourseMatch (www.coursematch.com) yang memungkinkan
teman-teman sekelasnya berkomunikasi satu sama lain di website tersebut.
Suatu malam di tahun kedua ia kuliah di Harvard, Zuckerberg menyabot
data mahasiswa Harvard dan memasukkannya ke dalam website yang ia buat
bernama Facemash. Sejumlah foto rekan mahasiswanya terpampang di situ.
Tak lupa ia membubuhkan kalimat yang meminta pengun jungnya menentukan
mana dari foto-foto ini yang paling “hot”. Pancingannya mengena. Dalam
tempo empat jam sejak ia meluncurkan webiste itu tercatat 450 orang
mengunjungi Facemash dan sebanyak 22.000 foto mereka buka. Pihak Harvard
mengetahuinya dan sambungan internet pun diputus. Zuckerberg
diperkarakan karena dianggap mencuri data. Anak muda berambut keriting
ini pun meminta maaf kepada rekan-rekan yang fotonya masuk di Facemash.
Tetapi ia tak menyesali tinda kannya. “Saya kira informasi seperti itu
harus tersedia (online),” ujamya.
Alih-alih kapok ia malah
membuat website baru dengan nama Facebook (www.thefacebook.com).
Website ini ia luncurkan pada Februari 2004. Facebook merupakan
penyempurnaan dari Facemash. Sasarannya tetap sebagai tempat pertemuan
sesama mahasiswa Harvard. Dalam penjelasan di website-nya sekarang
disebutkan bahwa Facebook adalah suatu alat sosial untuk membantu orang
berko munikasi lebih efisien dengan rekan, keluarga, atau rekan
kerjanya. Facebook menawarkan navigasi yang mudah bagi para penggunanya.
Setiap pemilik account punya ruang untuk memajang fotonya,
teman-temannya, network, dan melakukan hal lainnya seperti bisa berkirim
pesan dan lain sebagainya.
Banyaknya aplikasi yang bisa
digunakan oleh anggotanya membuat Facebook digan drungi banyak orang.
Konon hingga saat ini sudah lebih dari 20.000 aplikasi dimasukkan ke
dalam Facebook yang bisa digunakan para anggotanya. Setidaknya 140
aplikasi baru ditambahkan ke Facebook setiap harinya dan 95% pemilik
account Facebook telah menggu nakan minimal satu aplikasi.
Penyertaan
banyak aplikasi ini membuat Facebook berbeda dengan website jejaring
sosial terdahulu seperti MySpace. Lalu orang berbondong-bondong
mengunjungi website nya dan mendaftar jadi anggotanya. Dalam waktu dua
minggu setelah diluncurkan, separuh mahasiswa Harvard sudah memiliki
account di Facebook. Ternyata tak hanya mahasiswa Harvard yang tertarik,
beberapa kampus di sekitar Harvard pun meminta dimasukkan dalam
jejaring Facebook. Ini membuat Zuckerberg kewalahan. Ia lalu meminta
bantuan dua temannya untuk ikut mengem bangkan Facebook. Dalam tempo
empat bulan Facebook sudah bisa menjaring 30 kampus. Hingga akhir 2004
jumlah pengguna Facebook sudah mencapai satu juta.
Pengguna
Facebook terus meningkat. Malah ada sejumlah orang yang tak lagi jadi
mahasiswa atau yang masih di sekolah ingin bergabung. Tingginya desakan
ini membuat Zuckerberg dan kawan-kawan memutuskan Facebook membuka
jaringan untuk para siswa sekolah menengah (di sini SMU) pada Sep tember
2005. Tak lama kemudian mereka juga membuka jejaring para pekerja
kantoran. Kesibukan yang luar biasa ini membuat Zuckerberg harus
memutuskan keluar dari Harvard. “Apa yang saya inginkan sudah ada di
tangan. Saya tidak ingin punya ijazah kemudian bekerja. Menurut saya,
pekerjaan hanyalah untuk orang-orang yang lemah,” ujarnya pada Majalah
Current.
Zuckerberg dan kawan-kawan kemudian mengembangkan
Facebook lebih jauh lagi. Pada September 2006 Facebook membuka
pendaftaran untuk jejaring umum dengan syarat memiliki email. Sejak
itulah jumlah anggota Facebook melesat.
Saat ini jumlah anggota
aktifnya mencapai 70 juta di seluruh dunia. Jejaring yang dihimpunnya
mencapai enam juta jaringan (ke lompok pertemanan) meliputi 55.000
jaringan berdasarkan demografi, pekerjaan, sekolah, kolegial, dan
sebagainya. Setiap harinya ada 14 juta foto di-upload (dimasukkan ke
Facebook). Dan dalam hal jumlah trafik pengakses Facebook menjadi
website teraktif ke-6 di dunia dan menjadi website jejaring sosial kedua
terbesar versi camScore.
Jual Saham Jadi Kaya, Jumlah
anggota Facebook yang jutaan or ang itu menjadi tambang emas yang meng
giurkan. Zuckerberg dan kawan-kawan pun menangkap peluang bisnis yang
besar. Karena itu ketika jumlah user-nya melebihi satu juta mereka
menggandeng Accel Part ners, perusahaan modal ventura, untuk membiayai
pengembangannya. Modal yang ditanamkan adalah US$ 12,7 juta. Ini adalah
investasi kedua yang masuk ke Facebook setelah sebelumnya (Juni 2004)
mendapatkan dan dari pendiri PayPal sebesar US$ 500.000. Pembenahan
pertama dengan tambahan modal itu adalah dengan meng ganti domain-nya
dari www. thefacebook. corn menjadi www.facebook.com pada Agustus 2005.
Setelah itu jangkauan keanggotaannya diperluas menjadi internasional.
Hingga Desember 2005 jumlah anggotanya sudah mencapai 5,5 juta.
Meski
jumlah user-nya meningkat tajam pada tahun 2005 disebutkan Facebook
menga lami kerugian sampai US$ 3,63 juta. Facebook kemudian mendapatkan
dana sebesar US$ 25 juta dari Greylock Partners dan Meritech Capi tal
Partners. Dana itu digunakan untuk meluncurkan versi mobile-nya.
Pada
September 2007 Microsoft melakukan pendekatan dan menawarinya membeli
5% saham senilai sekitar US$ 300 juta hingga US$ 500 juta. Jika nilai
itu disetujui maka nilai kapitalisasi Facebook sudah mencapai US$ 6
miliar hingga US$ 10 miliar atau sekitar Rp 54 triliun hingga Rp 90
triliun. Namun Microsoft akhirnya mengumumkan hanya membeli 1,6% saham
Facebook dengan nilai US$ 240 juta pada Oktober 2007. Transaksi ini
menunjukkan nilai kapitalisasi Facebook ternyata lebih tinggi yaitu
sekitar US$ 15 miliar (sekitar US$ 135 triliun).
Setelah itu sejumlah
tawaran mengepung Facebook. Li Ka-shing disebut-sebut ikut
menginvestasinya sekitar US$ 60 juta pada November 2007. Lalu ada berita
yang menyebutkan Viacom, Yahoo, Google, dan sebagainya pun ikut menawar
untuk membeli Facebook. Sejauh ini Zackerberg me ngatakan Facebook tak
akan dijual.
Melesatnya bisnis Facebook membuat Zackerberg
menampuk kekayaan yang luar biasa. Majalah Forbes menyebutkan kekayaan
Zackerberg sendiri mencapai US$ 1,5 miliar atau sekitar Rp 13,5 triliun.
Jangankan untuk anak seusia Zackerberg, untuk orang dewasa pun harta
sebanyak itu tentu jumlah yang luar biasa besar. Maka wajar jika majalah
itu menobatkannya sebagai The Youngest `Self-made’ Billionaire on the
Planet.
Prestasi yang diraih Zackerberg tak benar -benar
mulus. Sejumlah perkara ia dapatkan sehubungan dengan Facebook. Termasuk
dari rekannya di Harvard yang menyebutkan rancangan Facebook sebenarnya
tiruan dari ConnectU. Namun Zackerberg tetap bergeming bahwa Facebook
merupakan hasil karyanya. Meskipun ConnectU kalah dalam persidangan
pertama, perusahaan ini mendaftarkan gugatan baru pada Maret 2008.
Kontroversi
juga datang dari negara-negara seperti Myanmar, Bhutan, Syria, Arab
Saudi, Iran dan sebagainya yang menyebutkan kalau Facebook mempromosikan
serangan terhadap otoritas pemerintahannya sehingga akses terhadap
Facebook di negara tersebut ditutup.
Di tengah sejumlah
kontroversi itu, nama Facebook dan Mark Zackerberg tetap digan drungi
banyak orang. Zackerberg sendiri di tengah kepopuleran namanya dan
jumlah kekayaan yang dimilikinya, ia tetap sederhana. Ia masih tinggal
di apartemen sewaan dan di kamarnya hanya tersedia sebuah meja dan
kursi. Kasurnya diletakkan di lantai. Kala datang ke kantornya di Palo
Alto, Zackerberg kerap berjalan kaki atau mengendarai sepeda. Tak tampak
sebagai miliuner (dalam US$ dol lar, tentunya) atau triliuner (dalam
rupiah).